Teknologi Perikanan dan Budidaya Lele

Jumat, 18 Februari 2011

Empat Tahun Hidup dengan Pisau di Kepala

Beijing: Seorang pria di Cina ternyata hidup dengan pisau bersarang di kepalanya selama empat tahun. Laman metro.co.uk mewartakan, Kamis (17/2), Mir Li yang mengalami sakit kepala terus-menerus terpaksa dirawat di rumah sakit. Saat dokter melakukan melakukan scanning, ditemukan pisau tertancap di tempurung kepalanya. Akhirnya, gambar X-ray kepala Mir Li menjelaskan semuanya, gagang pisau dibiarkan tertanam dan tersembunyi di antara tengkorak dan telinga. Kontan, hal ini membuat seluruh juru medis di Rumah Sakit Yuxi, Cina, merasa heran dan takjub.

"Mir Li datang ke rumah sakit dalam keadaan parah. Mulut dan hidungnya terus mengeluarkan darah tanpa alasan yang jelas. Ia juga mengatakan menderita sakit kepala berkepanjangan," ungkap Luo Zhiwei, kepala departemen bedah di rumah sakit. Ia menambahkan, "Sangat mengejutkan benda itu bisa bersarang di kepalanya selama bertahun-tahun dan ia bisa bertahan hidup. Selama ini, kami melihat benda-benda kecil seperti jarum bersarang di kepala. Tapi tidak ada yang sebesar itu."

Mir Li bisa selamat dan hidup normal dengan pisau yang tertanam di kepalanya merupakan suatu keajaiban. Kemudian, pisau itu dikeluarkan dari tempurung kepala Mir Li dengan operasi yang cukup lama dan melelahkan.

Saat diselidiki, pisau yang tertancap di kepala pria berusia 37 tahun itu akibat perampok yang pernah menodongnya. Mir Li waktu itu berprofesi sebagai supir taksi dan merupakan korban perampokan. Perampok menancapkan pisau ke kepala pria berusia 37 tahun itu. Namun, tanpa sadar Mir Li tidak pernah tahu ada pisau bersarang di kepalanya.

sumber:http://id.news.yahoo.com/lptn/20110217/twl-empat-tahun-hidup-dengan-pisau-di-ke-7dafc38.html

Kamis, 03 Februari 2011

Tanaman 'Bunglon' Bisa Berganti Warna




Bukan cuma bunglon yang bisa berganti warna kulit. Ternyata, tanaman pun kini bisa berubah warna sesuai dengan kondisi yang menaunginya.

Adalah June Medford, seorang pakar biologi dari Colorado State University, yang berhasil melakukan rekayasa genetik terhadap tanaman arabidopsis, sehingga tanaman tersebut bisa berganti warna.

Seperti dikutip dari situs PCWorld, tanaman hasil rekayasa Medford dan timnya, akan berubah warna dari hijau menjadi putih saat tanaman itu mendeteksi kehadiran unsur berbahaya di dekatnya, seperti obat terlarang, polutan, atau bahkan material eksplosif.

Awalnya, Medford menggunakan komputer untuk mendesain protein tanaman bernama reseptor. Kemudian, Medford memanfaatkan bakteri untuk memodifikasi reseptor tanaman tersebut.

Dengan struktur genetika yang telah dimodifikasi, maka reseptor tumbuhan bisa mendeteksi partikel-partikel bahan kimia berbahaya, polutan, bahan peledak, atau ancaman lain. Saat mendeteksi kehadiran zat-zat tersebut, tanaman akan mengirimkan sinyal, sehingga warna hijaunya berubah menjadi putih.

"Bila Anda membawa sesuatu ke bandara internasional Denver, misalnya sebuah bahan peledak, maka tanaman ini akan berubah warna menjadi putih. Ini akan memberikan keamanan bagi Anda," kata Medford, 52, kepada situs The Denver Post.

Proyek penelitian itu didukung oleh Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) sejak 2003, dengan bantuan dana sebesar US$500 ribu atau Rp4,5 miliar. Belakangan, riset ini juga mendapat dukungan dari The Office of Naval Research, Department of Homeland Security, dan Defense Threat Reduction Agency.

"Harapan kami, tanaman ini bisa ditempatkan di lokasi umum, sehingga bisa mendeteksi bahan peledak di lokasi tempat benda berbahaya itu sedang dirakit," kata Doug Bauer, Program Manager riset eksplosif pada Homeland Security di Washington DC.

Aplikasi lainnya, tanaman ini juga bisa digunakan oleh polisi untuk memberantas peredaran obat terlarang, atau melindungi tentara yang tengah konvoi dari bom dan ranjau.

Kini, tanaman ini masih memerlukan waktu sekitar tiga jam untuk merespons keberadaan zat-zat berbahaya tadi dan perubahan warna. Namun, para ilmuwan yakin akan diperoleh kemajuan sehingga respons yang ditunjukkan tanaman bisa segera terlihat dalam hitungan menit. (art)


sumber: VIVAnews

Planet Mars Diduga Sembunyikan Banyak Es


Kutub-kutub planet Mars kemungkinan bukanlah satu-satunya tempat di mana air es bersembunyi di planet itu. Dari penemuan terbaru, astronom memprediksi bahwa es juga hadir di kawah-kawah yang ada di sekitar garis katulistiwa Mars.

Temuan ini disebut-sebut dapat memberikan dampak signifikan terhadap eksplorasi planet Mars di masa depan. Nantinya, es tersebut berpeluang dapat dimanfaatkan sebagai penyambung hidup ketika manusia mulai ada yang ditugaskan di sana.

Menggunakan gambar-gambar yang diambil oleh Mars Global Surveyor dan Mars Reconnaissance Orbiter, David Shean, Planetary Geologist dari Malin Space Science Systems di San Diego, Amerika Serikat menyebutkan, tampaknya ada banyak material yang kaya akan es terkubur di dasar setidaknya 38 kawah di kawasan Sinus Sabaeus, yang ada di dekat katulistiwa Mars.

“Sangat mengherankan bahwa hal-hal seperti ini tidak disadari sebelumnya meski sudah ada ratusan ribu foto-foto resolusi tinggi yang diambil selama 15 tahun terakhir,” kata Shean, seperti dikutip dari Space, 2 Februari 2011. “Ini bukti bahwa planet Mars memang penuh dengan kejutan.”

Dari penelitian-penelitian terdahulu, kutub planet Mars diperkirakan menyimpan es. Akan tetapi, iklim di planet itu terlalu keras bagi kelangsungan air. Udara di sana sangat tipis sehingga jika ada es di permukaan planet akan segera menguap.

“Sejak lama kami telah melihat gambar-gambar yang menunjukkan bahwa tampak material yang kaya akan es di dasar kawah di kedua kutub Mars,” kata Shean. “Yang mengherankan, ternyata material yang sama juga ditemukan di khatulistiwa planet itu,” ucapnya.

Shean menyebutkan, jika ada es yang terkubur di khatulistiwa, tampaknya ia menyimpan catatan penting terhadap kondisi iklim di masa lalu Mars yang sangat ingin dianalisa oleh ilmuwan.

Lebih lanjut, Shean menyebutkan, kawasan khatulistiwa jauh lebih menarik untuk dijadikan tujuan untuk eksplorasi di masa depan dibandingkan dengan kutub karena mendapatkan lebih banyak sinar matahari dan memiliki temperatur yang lebih hangat.

“Khatulistiwa cocok untuk kendaraan penjelajah bertenaga matahari,” kata Shean. “Namun demikian, eksplorasi masa depan juga membutuhkan air sebagai sumber pendukung kehidupan,” ucapnya.

Temuan es di kawasan khatulistiwa planet Mars tersebut dipaparkan di jurnal Geophysical Research Letters.

sumber:http://id.news.yahoo.com/viva/20110202/ttc-planet-mars-diduga-sembunyikan-banya-078ed6a.html